Place 728 x 90 Ad Here

resume-ALAT BANTU AUDIOVISUAL POD

A. PENDAHULUAN
Alat bantu audiovisual adalah bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.
Beberapa jenis alat bantu adiovisual yang biasa dipakai:
-papan tulis/buletin
-chart, grafik, diagram, peta
-drama, wayang kulit
-pameran
-papan planel/tempel
-gambar, foto, bahan cetakan
-TV, radio, video tape
-tape recorder
-poster, kartun, klipping
-film, slide, filmstrip

B. POSISI ALAT BANTU AUDIOVISUAL DALAM PENGAJARAN
Posisi alat bantu audiovisual dalam pengajaran adalah sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi pelajaran atau konsep yang sulit dimengerti tanpa ilustrasi visual.

1. Kesalahan Persepsi Alat Bantu Audiovisual
Ada beberapa kesalahan persepsi, yaitu:
-alat bantu audiovisual (ABAV) bukan bentuk pendidikan tersendiri
-ABAV bukan hanya gambar saja
-ABAV bukan untuk menarik perhatian, tatpi mengurangi usaha belajar
-ABAV bukan suatu yang baru
-ABVA bukan suatu obat yang mujarab untuk seluruh hambatan pengajaran

2. Manfaat ABAV
-membantu memberi konsep pertama atau kesan yang benar
-mendorong minat
-meningkatkan pengertian yang lebih baik
-melengkapi sumber belajar yang lain
-menambah variasi metode mengajar
-menghemat waktu
-meningkatkan keingintahuan intelektual
-cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak perlu
-membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama
-dapat memberikan konsep baru dari sesuatu di luar pengalaman biasa

C. PRINSIP PENGGUNAAN ABAV
Berikut ini ada penjelasan bagaimana menentukan dan menggunakan ABAV, yaitu:
1. menentukan alat yang digunakan
2. menggunakan ABAV
-terarah
-disajikan pada tepat waktu
-tahu cara menggunakan
-alat bantu untuk menggunakan sesuatu
-dorong partisipasi belajar
-rencanakan penggunaan alat bantu
-gunakan beberapa alat bantu
-gunakan dan simpan dengan baik

D. FILM, SLIDE DAN FILMSTIP
Kesamaan antara ketiga alat bantu ini adalah dalam hal menggunakan transparansi (film) yang diproyeksikan pada sebuah layar agar dapat dilihat.
Film adalah rangkaian gambar mati pada rol film.
Slide adalah salah satu alat visual yang paling populer dan serbaguna, yang dapat digunakan dalam penyuluhan
Filmstrip adalah alat visual yang terdiri atas serangkaian foto yang tersusun pada film dengan panjang tertentu dan diproyeksikan dengan proyektur khusus, satu waktu satu gambar.
Baik film, slide maupun filmstrip, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Sumber-sumber untuk memperoleh alat bantu ini biasanya terdapat dalam arsip perpustakaan, dinas-dinas, serta instansi-instansi yang mempunyai program POD maupun penyuluhan.

E. TAPE RECORDER
Rekaman dengan menggunakan tape memerlukan perencanaan yang cermat dalam produksi dan penggunannya. Rekaman tersebut sebaiknya berhubungan dengan subjek yang sedang dibahas dan terorganisasi dengan baik.

F. TV DAN VIDEO TAPE
Televisi pendidikan dapat menjadi alat yang baik bagi penyuluh. Televisi instruksional berbeda dengan televisi penyiaran, yaitu dalam hal materinya yang tidak didesain untuk didistribusikan oleh stasiun penyiaran massa.
Video tape memungkinkan menayangkan objek berupa gambar, demonstrasi, ilustrasi dan penjelasan dalam pertemuan. Hal ini merupakan pembangkit minat.

G. RADIO
Kelebihan radio:
-memberikan kesegaran dalam informasi
-menjangkau banyak orang
-memungkinkan pendengar untuk membawa ke mana pun mereka pergi
-memberikan kehangatan suara manusia
-merasuk ke tradisi percakapan masyarakat dan dapat mengatasi hambatan kemelekan huruf yang dihadapi oleh media cetak
Kelemahan radio:
-pendengar tidak dapat menunjukkan kembali apa yang telah didengar atau tidak dapat melihat apa yang telah dijelaskan.
Dua jenis siaran radio yang biasa dimanfaatkan:
1. siaran terbuka
2. kelompok pendengar siaran terbuka

H. OVERHEAD PROJECTOR
Manfaatnya:
-proyektor dapat digunakan di depan kelas
-instruktur dapat menghadap kelas
-gambar yang terproyeksi dapat dilihat dalam ruangan yang terang
-transparansi OHP mudah disiapkan
-proyektor ringan
-gambar yang terproyeksi selalu terlihat pebuh
-gagasan dapat disajikan satu per satu
-bagian yang penting dapat ditunjukkan dengan menggarisbawahi, menambah warna atau menggunakan alat penunjuk
-beberapa teknik yang menarik dan efektif dapat digunakan dengan OHP
-transparansi OHP membuat materi dapat dicatat dengan mudah
-waktu kelas dapat dihemat
-transparansi dapat digunakan secara berulang-ulang dan mudah disimpan
-tidak diperlukan operator khusus

I. LCD PROJECTION PANEL
Kelebihan LCD dibanding OHP, antara lain penampilannya berwarna dan dapat diprogram urutan latar belakang, layout, transisi dan animasinya.

J. PAPAN TULIS, CHART, DAN PETA
ABAV ini telah lama digunakan dan masih merupakan ABAV yang utama. Tiga hal tersebut dibahas dalam satu judul karena metode penggunaannya hampir sama.

K. PAPAN PLANEL
Papan planel bervariasi menurut tipe konstruksi dan bahan yang digunakan.

L. PAMERAN
Pameran meruapakan sarana yang baik untuk menarik perhatian orang banyak dan menumbuhkan minat terhadap praktik yang dianjurkan. Pameran akan menjangkau orang yang tidak ikut dalam jenis POD yang lebih formal.

M. BENDA
Yang dimaksud benda dalam hal ini adalah contoh atau barang asli, model atau barang tiruan, dan spesimen atau barang yang diawetkan.

Referensi:
Suprijanto,H. (2007). Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.

resume2-prinsip,perspektif teoritis dan pendekatan POD; keyakinan tentang proses belajar mengajar POD

PRINSIP-PRINSIP UMUM UNTUK MEMILIH PENGALAMAN BELAJAR POD

Ada beberapa prinsip umum yang berguna bagi pemilihan pengalaman belajar, apapun tujuan belajar yang hendak dicapai.
1. Seorang pebelajar yang hendak mencapai tujuan belajar haruslah memiliki pengalaman-pengalaman belajar yang memberinya kesempatan untuk mempraktikkan bentuk atau jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan tersebut.
2. Pengalama-pengalaman belajar dibuat dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kepuasan dalam diri pebelajar setekah melaksanakan perilaku yang tersirat dalam tujuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Yang berkaitan dengan pengalaman belajar adalah reaksi yang dikehendaki terjadi dalam pengalaman supaya berada dalam batas pengalaman para pebelajar yang terlibat.
4. Ada banyak pengalaman belajar yang spesifik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang sama.
5. Suatu pengalaman belajar biasanya akan menimbulkan beberapa macam hasil.

Beberapa prinsip belajar untuk POD
• Pertama, prinsip latihan (praktik)
Seseorang tidak akan belajar apapun apabila ia tidak melakukan sesuatu.
• Kedua, prinsip hubungan
Dari hubungan-hubungan yang dilakukan seseorang (menghubungkan peristiwa yang sedang terjadi dengan peristiwa yg terjadi sebelumnya) itu hasilnya akan diingat dalam kurun waktu yang cukup lama.
• Ketiga, prinsip akibat
• Keempat, prinsip kesiapan
Prinsip ini akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh seseorang dari suatu proses belajar.

BEBERAPA PENDEKATAN DALAM POD
1. Pendekatan perumusan masalah
Empat strategi dalam pengembangan kurikulum dengan konsep Khit-pen, yaitu:
• Mendiagnosa kebutuhan belajar dari pebelajar.
• Merencanakan satuan-satuan pelajaran dan proses-proses diskusi sedemikian rupa, sehingga setiap session memberikan kesempatan untuk berlatih dalam pemecahan masalah.
• Banyak menggunakan gambar atau discussion starter, sebagai alat untuk mempraktekkan teknik atau ketrampilan dalam memecahkan masalah.
• Menyusun kurikulum secara luwes, utnuk mengakomodasi terhadap keanekaragaman kebutuhan pebelajar.

2. Pendekatan proyektif
Misalnya menggali dimensi permasalahan melalui cerita (yang berfungsi sebagai alat proyektif bagi pebelajar yang gunanya memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk memahami tindak tanduk dari pelakunya serta memahami isi cerita tersebut.

3. Pendekatan apersepsi-interaksi
Dimulai dengan mengidentifikasi tema-tema masalah kehidupan sehari-hari pebelajar.

4. Pendekatan self-actualization
Pendekatan ini memiliki 4 ciri utama, yaitu:
• Proses yang terpusat pada pebelajar
• Belajar bersama teman dalam kelompok (peer learning)
• Membantu timbulnya konsep diri yang positif
• Daya khayal yang berdaya cipta

Model kurikulum dan penerapan teori belajar
1) Model Kurikulum
Model Informasi Pembelajar: Memberi informasi dan keterampilan dengan kuliah dan penggunaan latihan. Bahan mengandung informasi selengkap mungkin. pebelajar: Menyerap informasi dari pemikiran pembelajar dan dar bahan bacaan. penekanan: Merupakan penguasaan bahan dan menghafalnya.
Model Pemecahan Masalah Pembelajar:Memberi rangsangan berbentuk gambar dan menghidupkan diskusi mengenai suatu hal. Bahan tidak mengandung sebagai informasi. Pebelajar:Menganalisis masalahnya, menilai kepentingannya, mempertimbangkan sebab dan akibatnya, mempertimbangkan pemecahan yang mungkin. penekanan:Pada penggunaan pikiran pebelajar untuk menelaah dan memecahkan masalah.
Model Proyektif Pembelajar:Memberikan suatu cerita terbuka atau cerita bergambar mengenai kejadian-kejadian yang terjadi dalam cerita berasal dari penulis kurikulum. Mengandung berbagai informasi, mulai dari masalah teknis sampai pengaruh yang bersifat nasional atau ekonomis. Akhir cerita diceritakan oleh pebelajar. penekanan:Pada pemahaman masalah secara terpadu.
Model ekspresi Pembelajar:Memberikan bahan mentah yang dapat dipergunakan oleh pebelajar untuk menciptakan cerita yang mengandung masalah Bahan tidak mengandung informasi tertentu, kecuali rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan manusia. Pebelajar:Mempergunakan bahan mentah pengalaman hidupnya sendiri untuk menciptakan cerita baru yang dapat didiskusikan dengan pebelajar lain. penekanan: Pada kepercayaan terhadap diri sendiri, daya cipta dan kemampuan berkomunikasi serta pada pemecahan masalah berdasarkan bahan pelajaran.

2) Penerapan Teori Belajar pada Situasi Belajar
• Pendekatan yang terpusat pada masalah
• Pendekatan perwujudan diri
KEYAKINAN PROSES BELAJAR ORANG DEWASA
I. Tujuan-tujuan instruksional
Merupakan bagian penting dalam proses belajar. Dapat berperan sebagai pemandu untuk mengorganisasikan tindakan dan mengarahkan disain pengalaman-pengalaman belajar. Juga berperan sebagai penentuan hasil-hasil kegiatan belajar, membandingkan apa yang terjadi dengan yang direncanakan.
II. Proses belajar
Belajar adalah latihan pikiran dan pengumpulan kebenaran dasar (disiplin mental). Belajar adalah pengkondisian (conditioning) atau penguatan. Belajar juga merupakan pengembangan pengertian (Gestalt-Field).
Teori Belajar Sifat Manusia Tujuan Pendidikan Metde Filosofi
Disiplin mental Pikiran mikrokosmos
Dualistis: pikiran dan badan terpisah Melatih kecerdasan
Meneruskan kebudayaan Transfer pengetahuan
Memanfaatkan pengetahuan Idealism
Esensialis
Perenialisme
Asosiasi S-R Mekanisme pancaindera Menguasai fakta dan informasi Conditioning dan penguatan
Fokus pada bagian-bagian Realism
Esensialisme
Perenialisme
Gestald-field Organisme yang mengalami reaksi Membantu manusia menguasai dan mengubah lingkungan Pemecahan masalah
Fokus pada keseluruhan (totalitas) Progresivisme
Rekonstruksionisme
Eksistensionisme (dalam beberapa bentuk)

Keyakinan-keyakinan tentang pebelajar orang dewasa
Ada dua pandangan yang dikemukakan oleh Apps, terutama untuk kepentingan pembahasan pebelajar orang dewasa (adult leaner), yaitu pertanyaan yang menyangkut hubungan manusia dengan masyarakat dan hubungan manusia dengan alam.
Manusia dengan masyarakat. Ada dua hal pokok yang dibicarakan dalam hal ini, yaitu:
• Pada tingkat mana manusia secara total merupakan sebagian dari masyarakat dan sebaliknya dalam beberapa tingkat terpisah dari masyarakat.
• Hubungan-hubungan pengaruh antara manusia dan masyarakat.
Dan pada pertanyaan menyangkut hubungan manusia dengan alam, hal pokok yang dibicarakan sama dengan yang di atas.
PERSPEKTIF TEORITIS BELAJAR ORANG DEWASA
A. Carl Roger
Ilmu jiwa humanistic ini menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurutnya, peserta pebelajar dan pembelajar, hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui pengalaman kelompok yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih sering dikenal dengan latihan sensitivitas, yang bertujuan untuk membantu pebelajar berbagi rasa ke dalam penjagaan sikap dan hubungan interpersonal di antara mereka.
Belajar pengalaman yang dikembangankan Rogers mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1. Manusia memiliki potensi alamiah untuk pebelajar
2. Kegiatan belajar terjadi ketika pebelajar menyadari relevansi pelajaran tersebut bagi dirinya
3. Kegiatan belajar melibatkan perubahan dalam organisasi dan persepsi diri
4. Kegiatan belajar yang mengancam persepsi diri lebih mudah dipahami/dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman luar masih minim
5. Kegiatan belajar terjadi bila pebelajar tidak merasa takut
6. Kebanyakan pelajaran penting diperoleh dengan cara melakukan
7. Kegiatan belajar akan lebih mudah apabila pebelajar berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar
8. Belajar yang diprakarsai diri sendiri, melibatkan keseluruhan pebelajar sebagai pribadi
9. Rasa bebas, sifat kreatif dan percaya diri sendiri, memudahkan berlangsungnya proses belajar apabila pebelajar berani mengkritik dan menilai diri sendiri
10. Banyak hasil belajar yang bermanfaat dalam masyarakat diperoleh dengan mempelajari proses belajar dan memelihara keterbukaan untuk pengalaman sehingga proses perubahan tersebut mungkin tergabung ke dalam diri sendiri
B. Paulo Freire
Menurut Freire, pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan diri pribadi (self-affirmation) yang pada akhirnya menghasilkan perjuangan kemerdekaan, membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Ia mengemukakan bahwa pendidikan itu berfungsi sebagai bank yang bertujuan untuk konformitas. Konsep pendidikan yang berfungsi seperti perbankan, dikelola secara canggih dengan tujuan mendominasi: pembelajar mendominasi sedangkan pebelajar sebagai pihak yang diajar singkatannya SO sebaga berikut:
1. Pembelajar mengetahui segala sesuatu (serba tahu) sedangkan pebelajar tidak tahu apa-apa
2. Pembelajar berpikir kemudian pebelajar memikirkan apa yang dipikirkan oleh pebelajar
3. Pembelajar menerangkan sedangkan pebelajar memperhatikan apa yang diterangkan oleh pembelajar, tanpa tanggapan
4. Pembelajar mendisiplinkan sedangkan pebelajar didisiplinkan
5. Pembelajar memilih dan memaksakan pilihannya, sedangkan pebelajar tunduk patuh
6. Pembelajar bertindak, pebelajar mengkhayalkan tindakan yang dilakukan oleh pembelajar
7. Pembelajar tanpa konsultasi dengan pebelajar memilih program, sedangkan pebelajar harus menyesuaikan diri
8. Pembelajar mengacaukan otoritas pengetahuan dengan otoritas professional yang diadakan untuk melakukan tantangan terhadap kebebasan pebelajar
9. Pembelajar adalah subjek proses pembelajaran, sedangkan pebelajar hanyalah sebagai objek
Menurut Freire, prinsip-prinsip dalam conscientiziation adalah sebagai berikut:
• Tidak seorangpun yang dapat mengajar siapapun juga
• Tidak seorangpun yang belajar sendiri
• Orang-orang harus belajar bersama, bertindak di dalam dan pada dunia mereka
C. Robert M. Gagne
Karya Gagne penting bagi POD, terutama yang berkaitan dengan kondisi belajar. Ia mengajukan 8 tipe belajar (7 di antaranya dianggap sebagai suatu hierarki), antara lain: (1) belajar berisyarat/classical conditining, (2) belajar stimulus-respon/operant conditioning, (3) rangkaian motorik/belajar keterampilan, (4) rangkaian verbal/rote learning, (5) diskriminasi berganda/keterampilan intelektual dalam membedakan jenis gejala yang serupa, (6) belajar konsep/berpikir abstrak, (7) belajar aturan/kemampuan merespon terhadap keseluruhan isyarat, dan (8) pemecahan masalah yang bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap situasi problematic.
D. Jack Mezirow
Ia menyatakan adanya perbedaan tingkatan refleksi, menetapkan perbedaan tingkatan refleksi dan menetapkan tujuh tingkatan refleksi yang mungkin terjadi dalam masa kedewasaan, yaitu:
• Refleksivitas, yakni kesadaran akan persepsi khusus, arti dan perilaku
• Refleksivitas afektif
• Refleksivitas diskriminasi
• Reflesivitas pertimbangan
• Reflesivitas konseptual
• Reflesivitas psikis
• Reflesivitas teoritis
E. Malcom Knowles
Ia mengemukakan sejarah penggunaan istilah andragogi yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 4 asumsi utama yang membedakan antara andragogi dan paedagogi, yaitu:
• Perbedaan dalam konsep diri
• Perbedaan pengalaman
• Kesiapan untuk belajar
• Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar
POD DALAM TINJAUAN FILSAFAT
A. Filsafat-filsafat umum: Suatu Tinjauan Sekilas
Filsafat-filsafat umum yang berhubungan dengan pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber ide untuk pengembangan filsafat kerja pendidikan orang dewasa. Realisme dan idealisme dikenal sebagai filsafat tradisional, sedangkan eksperimentalisme dan eksistensialisne dikenal sebagai filsafat modern. Perbedaan antara keduanya terletak pada hasil akhir (tujuan) dan makna (arti). Pada filsafat tradisional, nilai akhir (tujuan) ditentukan oleh pihak luar dan seseorang hanya punya hak untuk hasil akhir. Sebaliknya pada filsafat modern, seseorang punya hak untuk menentukan hasil akhir dan makna (arti).
B. Ikhtisar dari filsafat POD
Filsafat pendidikan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (a) esentialisme, (b) perenialisme, (c) progrisivisme (d) rekonstruksionisme (e) eksistensialisme

Daftar Pustaka:

Yusnadi, (200-). Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pengertian Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa-apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Dewasa ini, telah muncul lagi satu teori baru tentang pendidikan orang dewasa, yaitu andragogi (andr artinya orang dewasa), yang pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp (1883). Kapp membedakan pengertian social-paedago dengan andragogi. Ia berpendapat bahwa social-paedagogy lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Sedangkan andragogi lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacat maupun tidak cacat secara berkelanjutan.
Andragogi dapat dirumuskan sebagai suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar. UNESCO memberi batasan defenisi POD sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan dan metodanya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, perguruan tinggi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya dan mengakibatkan perubahan pada perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
Batasan di atas menunjukkan tekanan rangkap, yaitu pada pencapaian perkembangan individual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Hasil belajarnya orang dewasa tampak dari perubahan perilakunya.
Karakteristik POD
1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
Orang dewasa selalu berkehendak untuk menghubungkan pengalaman masa lalunya dengan apa yang sekarang mereka pelajari.

2. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Orang dewasa bermotivasikan untuk belajar karena ada keterpautannya dengan keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, dan adanya rasa untuk berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri.

3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
Banyaknya peranan dan tanggung jawab yang dimiliki orang dewasa mengakibatkan timbulnya semacam persaingan terhadap permintaan akan waktu mereka.

4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
Ada banyak faktor yang dianggap menyebabkan rasa tidak percaya diri di kalangan orang dewasa untuk belajar, misalnya proses penuaan, pengalaman negative semasa sekolah, dan sudah kehilangan kebiasaan belajar karena sudah lama meninggalkan bangku sekolah.

5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
Orang dewasa dituntut memahami dan menerima adanya perbedaan-perbedaan individu. Hal inilah yang dijadikan kekuatan positif, yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman.

6. Makna belajar bagi orang dewasa.
Dalam perencanaan suatu program POD, penyelenggara POD dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman-pengalaman belajar apa yag akan diberikan pada pebelajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya terhadap Belajar
Menurut Konwles (1980), Merjan (1983) dan Jarvis (1985), teori andragogi itu merupakan teori keterlibatan ego. Asumsi yang dijadikan landasan dimaksud adalah seperti berikut:
· Konsep diri
Beberapa implikasi dari asumsi konsep diri terhadap belajar bagi orang dewasa, di antaranya:
a. Iklim belajar perlu diciptakan dengan keadaan orang dewasa.
b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya.
c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d. Proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pembelajar (sumber, pembimbing, katalisator) dan pebelajar.
e. Evaluasi belajar dalam proses belajar andragogi menekankan kepada cara evaluasi diri.
· Pengalaman
Beberapa implikasi adanya perbedaan pengalaman antara orang dewasa dengan anak-anak dalam proses belajar mengajar adalah:
a. Proses belajar orang dewasa lebih ditekankan pada metode yang sifatnya menyadap pengalaman mereka.
b. Penekanan pada proses belajar pada aplikasi praktis.
c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.
· Kesiapan untuk belajar
Orang dewasa memiliki masa kesiapan untuk belajar, masa ini sebagai akibat dari peran sosialnya.
· Orientasi terhadap belajar
Implikasi dalam proses belajar orang dewasa dengan adanya perbedaan dalam orientasi terhadap belajar antara orang dewasa dan anak-anak:
a. Para pendidik orang dewasa berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
b. Kurikulum POD berorientasikan pada masalah.
c. Pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan maslaah atau perhatian yang ada pada benak mereka.

Proses belajar yang bersifat andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Ø Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa
Ø Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif
Ø Mendiagnosis kebutuhan belajar
Ø Merumuskan tujuan belajar
Ø Mengembangakn rancangan kegiatan belajar
Ø Melaksanakan kegiatan belajar, dan
Ø Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
Tujuan POD
Houle (1972) menggambarkan 5 orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa secara berbeda.
1) Memusatkan pada tujuan
2) Memenuhi kebutuhan dan minat
3) Menyerupai sekolahan
4) Menguatkan kepemimpinan
5) Mengembangkan lembaga POD
6) Meningkatkan informalitas
Bergeivin mengemukakan tujuan POD sebagai berikut:
1) Untuk membantu pelajar mencapai suatu tingkat kebahagiaan dan makna dalam kehidupan
2) Untuk membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya dan keterbatasannya serta hubungannya dengan orang lain
3) Untuk membantu orang dewasa mengenali dan memahami kebutuhan belajar seumur hidup
4) Untuk memberikan kondisi dan kesempatan dalam rangka membantu orang dewasa mencapai kemajuan dalam proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran
5) Untuk memberikan jika dibutuhkan, pendidikan bagi kelangsungan hidup tentang kemampuan baca-tulis (melek-huruf), keterampilan kejujuran dan kesehatan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan POD adalah:
1) Untuk membantu orang-orang melakukan penyesuaian terhadap kondisi sosial dan dunia alamiah mereka dengan melengkapinya aspek pengertahuan, keterampilan, dan sikap
2) Untuk melengkapi orang dewasa dengan keterampilan-keteampilan yang diperlukan guna menemukan dan memecahkan masalah yang mungkin mereka hadapi dnegan menekankan pada keterampilan-keterampilan memecahkan masalah dan tidak pada isi atau subject matter
3) Untuk membantu orang-orang dewasa merubah kondisi sosial mereka
4) Untuk membantu orang dewasa menjadi bebas, individu-individu otonom
Pertimbangan filosofis dalam pendidikan orang dewasa
Dalam POD, berpikir filosofis sangat diperlukan, karena cara itu merupakan suatu tahap yang membimbing seseorang “mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Metode berpikir filsafat bagi POD membutuhkan sejumlah alasan, mengapa hal itu diperlukan. Ada 5 alasan yang bisa dikemukakan disini:
1. Perlu ada acuan pertanyaan-pertanyaan apabila ingin menetapkan program yang akan datang, yaitu “apa itu, mengapa begitu, apa yang akan dilakukan”. Pertanyaan “apa itu dan mengapa begitu” dapat dijawab melalui pendekatan ilmiah, sedangkan pertanyaan “apa yang akan dilakukan” merupakan suatu pendekatan filosofis.
2. Pendidik untuk orang dewasa secara individual sering kali merasa hanya bagian yang sangat kecil dari suatu lembaga yang besar, sehingga ia memandang lembaga itu sebagai suatu sumber acuan.
3. Pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar persoalan/masalah.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara POD dengan aktivitas masyarakat.
5. Suatu cara berpikir filosofis yang dikembangkan dengan baik dapat menyiapkan pendidik melalui pendekatan yang terkait erat dengan pertanyaan mendasar.

Daftar Pustaka
Yusnadi, (200-). Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
 
Real Estate © 2010 Blogger Template design by Justinwoodie.com | Brought to you by Blogger Template Place & Blogger Tutorial | Powered by Blogger.