Pengertian Pendidikan Orang Dewasa (POD)
Pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses penemuan sepanjang hayat terhadap apa-apa yang dibutuhkan untuk diketahui.
Dewasa ini, telah muncul lagi satu teori baru tentang pendidikan orang dewasa, yaitu andragogi (andr artinya orang dewasa), yang pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp (1883). Kapp membedakan pengertian social-paedago dengan andragogi. Ia berpendapat bahwa social-paedagogy lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Sedangkan andragogi lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacat maupun tidak cacat secara berkelanjutan.
Andragogi dapat dirumuskan sebagai suatu ilmu (science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar. UNESCO memberi batasan defenisi POD sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan dan metodanya, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, perguruan tinggi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh masyarakat dalam mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya dan mengakibatkan perubahan pada perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam perkembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
Batasan di atas menunjukkan tekanan rangkap, yaitu pada pencapaian perkembangan individual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Hasil belajarnya orang dewasa tampak dari perubahan perilakunya.
Karakteristik POD
1. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
Orang dewasa selalu berkehendak untuk menghubungkan pengalaman masa lalunya dengan apa yang sekarang mereka pelajari.
2. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Orang dewasa bermotivasikan untuk belajar karena ada keterpautannya dengan keinginan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, dan adanya rasa untuk berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri.
3. Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
Banyaknya peranan dan tanggung jawab yang dimiliki orang dewasa mengakibatkan timbulnya semacam persaingan terhadap permintaan akan waktu mereka.
4. Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
Ada banyak faktor yang dianggap menyebabkan rasa tidak percaya diri di kalangan orang dewasa untuk belajar, misalnya proses penuaan, pengalaman negative semasa sekolah, dan sudah kehilangan kebiasaan belajar karena sudah lama meninggalkan bangku sekolah.
5. Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
Orang dewasa dituntut memahami dan menerima adanya perbedaan-perbedaan individu. Hal inilah yang dijadikan kekuatan positif, yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman.
6. Makna belajar bagi orang dewasa.
Dalam perencanaan suatu program POD, penyelenggara POD dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman-pengalaman belajar apa yag akan diberikan pada pebelajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya terhadap Belajar
Menurut Konwles (1980), Merjan (1983) dan Jarvis (1985), teori andragogi itu merupakan teori keterlibatan ego. Asumsi yang dijadikan landasan dimaksud adalah seperti berikut:
· Konsep diri
Beberapa implikasi dari asumsi konsep diri terhadap belajar bagi orang dewasa, di antaranya:
a. Iklim belajar perlu diciptakan dengan keadaan orang dewasa.
b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya.
c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d. Proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pembelajar (sumber, pembimbing, katalisator) dan pebelajar.
e. Evaluasi belajar dalam proses belajar andragogi menekankan kepada cara evaluasi diri.
· Pengalaman
Beberapa implikasi adanya perbedaan pengalaman antara orang dewasa dengan anak-anak dalam proses belajar mengajar adalah:
a. Proses belajar orang dewasa lebih ditekankan pada metode yang sifatnya menyadap pengalaman mereka.
b. Penekanan pada proses belajar pada aplikasi praktis.
c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.
· Kesiapan untuk belajar
Orang dewasa memiliki masa kesiapan untuk belajar, masa ini sebagai akibat dari peran sosialnya.
· Orientasi terhadap belajar
Implikasi dalam proses belajar orang dewasa dengan adanya perbedaan dalam orientasi terhadap belajar antara orang dewasa dan anak-anak:
a. Para pendidik orang dewasa berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
b. Kurikulum POD berorientasikan pada masalah.
c. Pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan maslaah atau perhatian yang ada pada benak mereka.
Proses belajar yang bersifat andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Ø Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa
Ø Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif
Ø Mendiagnosis kebutuhan belajar
Ø Merumuskan tujuan belajar
Ø Mengembangakn rancangan kegiatan belajar
Ø Melaksanakan kegiatan belajar, dan
Ø Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
Tujuan POD
Houle (1972) menggambarkan 5 orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa secara berbeda.
1) Memusatkan pada tujuan
2) Memenuhi kebutuhan dan minat
3) Menyerupai sekolahan
4) Menguatkan kepemimpinan
5) Mengembangkan lembaga POD
6) Meningkatkan informalitas
Bergeivin mengemukakan tujuan POD sebagai berikut:
1) Untuk membantu pelajar mencapai suatu tingkat kebahagiaan dan makna dalam kehidupan
2) Untuk membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya dan keterbatasannya serta hubungannya dengan orang lain
3) Untuk membantu orang dewasa mengenali dan memahami kebutuhan belajar seumur hidup
4) Untuk memberikan kondisi dan kesempatan dalam rangka membantu orang dewasa mencapai kemajuan dalam proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran
5) Untuk memberikan jika dibutuhkan, pendidikan bagi kelangsungan hidup tentang kemampuan baca-tulis (melek-huruf), keterampilan kejujuran dan kesehatan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan POD adalah:
1) Untuk membantu orang-orang melakukan penyesuaian terhadap kondisi sosial dan dunia alamiah mereka dengan melengkapinya aspek pengertahuan, keterampilan, dan sikap
2) Untuk melengkapi orang dewasa dengan keterampilan-keteampilan yang diperlukan guna menemukan dan memecahkan masalah yang mungkin mereka hadapi dnegan menekankan pada keterampilan-keterampilan memecahkan masalah dan tidak pada isi atau subject matter
3) Untuk membantu orang-orang dewasa merubah kondisi sosial mereka
4) Untuk membantu orang dewasa menjadi bebas, individu-individu otonom
Pertimbangan filosofis dalam pendidikan orang dewasa
Dalam POD, berpikir filosofis sangat diperlukan, karena cara itu merupakan suatu tahap yang membimbing seseorang “mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Metode berpikir filsafat bagi POD membutuhkan sejumlah alasan, mengapa hal itu diperlukan. Ada 5 alasan yang bisa dikemukakan disini:
1. Perlu ada acuan pertanyaan-pertanyaan apabila ingin menetapkan program yang akan datang, yaitu “apa itu, mengapa begitu, apa yang akan dilakukan”. Pertanyaan “apa itu dan mengapa begitu” dapat dijawab melalui pendekatan ilmiah, sedangkan pertanyaan “apa yang akan dilakukan” merupakan suatu pendekatan filosofis.
2. Pendidik untuk orang dewasa secara individual sering kali merasa hanya bagian yang sangat kecil dari suatu lembaga yang besar, sehingga ia memandang lembaga itu sebagai suatu sumber acuan.
3. Pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar persoalan/masalah.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara POD dengan aktivitas masyarakat.
5. Suatu cara berpikir filosofis yang dikembangkan dengan baik dapat menyiapkan pendidik melalui pendekatan yang terkait erat dengan pertanyaan mendasar.
Daftar Pustaka
Yusnadi, (200-). Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
finally,
i've posted my first post
:))
tentang mendiagnosis kebutuhan belajar ada ga?
Posting Komentar