Ada beberapa prinsip umum yang berguna bagi pemilihan pengalaman belajar, apapun tujuan belajar yang hendak dicapai.
1. Seorang pebelajar yang hendak mencapai tujuan belajar haruslah memiliki pengalaman-pengalaman belajar yang memberinya kesempatan untuk mempraktikkan bentuk atau jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan tersebut.
2. Pengalama-pengalaman belajar dibuat dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan kepuasan dalam diri pebelajar setekah melaksanakan perilaku yang tersirat dalam tujuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Yang berkaitan dengan pengalaman belajar adalah reaksi yang dikehendaki terjadi dalam pengalaman supaya berada dalam batas pengalaman para pebelajar yang terlibat.
4. Ada banyak pengalaman belajar yang spesifik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang sama.
5. Suatu pengalaman belajar biasanya akan menimbulkan beberapa macam hasil.
Beberapa prinsip belajar untuk POD
• Pertama, prinsip latihan (praktik)
Seseorang tidak akan belajar apapun apabila ia tidak melakukan sesuatu.
• Kedua, prinsip hubungan
Dari hubungan-hubungan yang dilakukan seseorang (menghubungkan peristiwa yang sedang terjadi dengan peristiwa yg terjadi sebelumnya) itu hasilnya akan diingat dalam kurun waktu yang cukup lama.
• Ketiga, prinsip akibat
• Keempat, prinsip kesiapan
Prinsip ini akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh seseorang dari suatu proses belajar.
BEBERAPA PENDEKATAN DALAM POD
1. Pendekatan perumusan masalah
Empat strategi dalam pengembangan kurikulum dengan konsep Khit-pen, yaitu:
• Mendiagnosa kebutuhan belajar dari pebelajar.
• Merencanakan satuan-satuan pelajaran dan proses-proses diskusi sedemikian rupa, sehingga setiap session memberikan kesempatan untuk berlatih dalam pemecahan masalah.
• Banyak menggunakan gambar atau discussion starter, sebagai alat untuk mempraktekkan teknik atau ketrampilan dalam memecahkan masalah.
• Menyusun kurikulum secara luwes, utnuk mengakomodasi terhadap keanekaragaman kebutuhan pebelajar.
2. Pendekatan proyektif
Misalnya menggali dimensi permasalahan melalui cerita (yang berfungsi sebagai alat proyektif bagi pebelajar yang gunanya memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk memahami tindak tanduk dari pelakunya serta memahami isi cerita tersebut.
3. Pendekatan apersepsi-interaksi
Dimulai dengan mengidentifikasi tema-tema masalah kehidupan sehari-hari pebelajar.
4. Pendekatan self-actualization
Pendekatan ini memiliki 4 ciri utama, yaitu:
• Proses yang terpusat pada pebelajar
• Belajar bersama teman dalam kelompok (peer learning)
• Membantu timbulnya konsep diri yang positif
• Daya khayal yang berdaya cipta
Model kurikulum dan penerapan teori belajar
1) Model Kurikulum
Model Informasi Pembelajar: Memberi informasi dan keterampilan dengan kuliah dan penggunaan latihan. Bahan mengandung informasi selengkap mungkin. pebelajar: Menyerap informasi dari pemikiran pembelajar dan dar bahan bacaan. penekanan: Merupakan penguasaan bahan dan menghafalnya.
Model Pemecahan Masalah Pembelajar:Memberi rangsangan berbentuk gambar dan menghidupkan diskusi mengenai suatu hal. Bahan tidak mengandung sebagai informasi. Pebelajar:Menganalisis masalahnya, menilai kepentingannya, mempertimbangkan sebab dan akibatnya, mempertimbangkan pemecahan yang mungkin. penekanan:Pada penggunaan pikiran pebelajar untuk menelaah dan memecahkan masalah.
Model Proyektif Pembelajar:Memberikan suatu cerita terbuka atau cerita bergambar mengenai kejadian-kejadian yang terjadi dalam cerita berasal dari penulis kurikulum. Mengandung berbagai informasi, mulai dari masalah teknis sampai pengaruh yang bersifat nasional atau ekonomis. Akhir cerita diceritakan oleh pebelajar. penekanan:Pada pemahaman masalah secara terpadu.
Model ekspresi Pembelajar:Memberikan bahan mentah yang dapat dipergunakan oleh pebelajar untuk menciptakan cerita yang mengandung masalah Bahan tidak mengandung informasi tertentu, kecuali rangsangan yang ada sangkut pautnya dengan manusia. Pebelajar:Mempergunakan bahan mentah pengalaman hidupnya sendiri untuk menciptakan cerita baru yang dapat didiskusikan dengan pebelajar lain. penekanan: Pada kepercayaan terhadap diri sendiri, daya cipta dan kemampuan berkomunikasi serta pada pemecahan masalah berdasarkan bahan pelajaran.
2) Penerapan Teori Belajar pada Situasi Belajar
• Pendekatan yang terpusat pada masalah
• Pendekatan perwujudan diri
KEYAKINAN PROSES BELAJAR ORANG DEWASA
I. Tujuan-tujuan instruksional
Merupakan bagian penting dalam proses belajar. Dapat berperan sebagai pemandu untuk mengorganisasikan tindakan dan mengarahkan disain pengalaman-pengalaman belajar. Juga berperan sebagai penentuan hasil-hasil kegiatan belajar, membandingkan apa yang terjadi dengan yang direncanakan.
II. Proses belajar
Belajar adalah latihan pikiran dan pengumpulan kebenaran dasar (disiplin mental). Belajar adalah pengkondisian (conditioning) atau penguatan. Belajar juga merupakan pengembangan pengertian (Gestalt-Field).
Teori Belajar Sifat Manusia Tujuan Pendidikan Metde Filosofi
Disiplin mental Pikiran mikrokosmos
Dualistis: pikiran dan badan terpisah Melatih kecerdasan
Meneruskan kebudayaan Transfer pengetahuan
Memanfaatkan pengetahuan Idealism
Esensialis
Perenialisme
Asosiasi S-R Mekanisme pancaindera Menguasai fakta dan informasi Conditioning dan penguatan
Fokus pada bagian-bagian Realism
Esensialisme
Perenialisme
Gestald-field Organisme yang mengalami reaksi Membantu manusia menguasai dan mengubah lingkungan Pemecahan masalah
Fokus pada keseluruhan (totalitas) Progresivisme
Rekonstruksionisme
Eksistensionisme (dalam beberapa bentuk)
Keyakinan-keyakinan tentang pebelajar orang dewasa
Ada dua pandangan yang dikemukakan oleh Apps, terutama untuk kepentingan pembahasan pebelajar orang dewasa (adult leaner), yaitu pertanyaan yang menyangkut hubungan manusia dengan masyarakat dan hubungan manusia dengan alam.
Manusia dengan masyarakat. Ada dua hal pokok yang dibicarakan dalam hal ini, yaitu:
• Pada tingkat mana manusia secara total merupakan sebagian dari masyarakat dan sebaliknya dalam beberapa tingkat terpisah dari masyarakat.
• Hubungan-hubungan pengaruh antara manusia dan masyarakat.
Dan pada pertanyaan menyangkut hubungan manusia dengan alam, hal pokok yang dibicarakan sama dengan yang di atas.
PERSPEKTIF TEORITIS BELAJAR ORANG DEWASA
A. Carl Roger
Ilmu jiwa humanistic ini menganjurkan perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran. Menurutnya, peserta pebelajar dan pembelajar, hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui pengalaman kelompok yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih sering dikenal dengan latihan sensitivitas, yang bertujuan untuk membantu pebelajar berbagi rasa ke dalam penjagaan sikap dan hubungan interpersonal di antara mereka.
Belajar pengalaman yang dikembangankan Rogers mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1. Manusia memiliki potensi alamiah untuk pebelajar
2. Kegiatan belajar terjadi ketika pebelajar menyadari relevansi pelajaran tersebut bagi dirinya
3. Kegiatan belajar melibatkan perubahan dalam organisasi dan persepsi diri
4. Kegiatan belajar yang mengancam persepsi diri lebih mudah dipahami/dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman luar masih minim
5. Kegiatan belajar terjadi bila pebelajar tidak merasa takut
6. Kebanyakan pelajaran penting diperoleh dengan cara melakukan
7. Kegiatan belajar akan lebih mudah apabila pebelajar berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar
8. Belajar yang diprakarsai diri sendiri, melibatkan keseluruhan pebelajar sebagai pribadi
9. Rasa bebas, sifat kreatif dan percaya diri sendiri, memudahkan berlangsungnya proses belajar apabila pebelajar berani mengkritik dan menilai diri sendiri
10. Banyak hasil belajar yang bermanfaat dalam masyarakat diperoleh dengan mempelajari proses belajar dan memelihara keterbukaan untuk pengalaman sehingga proses perubahan tersebut mungkin tergabung ke dalam diri sendiri
B. Paulo Freire
Menurut Freire, pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan diri pribadi (self-affirmation) yang pada akhirnya menghasilkan perjuangan kemerdekaan, membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Ia mengemukakan bahwa pendidikan itu berfungsi sebagai bank yang bertujuan untuk konformitas. Konsep pendidikan yang berfungsi seperti perbankan, dikelola secara canggih dengan tujuan mendominasi: pembelajar mendominasi sedangkan pebelajar sebagai pihak yang diajar singkatannya SO sebaga berikut:
1. Pembelajar mengetahui segala sesuatu (serba tahu) sedangkan pebelajar tidak tahu apa-apa
2. Pembelajar berpikir kemudian pebelajar memikirkan apa yang dipikirkan oleh pebelajar
3. Pembelajar menerangkan sedangkan pebelajar memperhatikan apa yang diterangkan oleh pembelajar, tanpa tanggapan
4. Pembelajar mendisiplinkan sedangkan pebelajar didisiplinkan
5. Pembelajar memilih dan memaksakan pilihannya, sedangkan pebelajar tunduk patuh
6. Pembelajar bertindak, pebelajar mengkhayalkan tindakan yang dilakukan oleh pembelajar
7. Pembelajar tanpa konsultasi dengan pebelajar memilih program, sedangkan pebelajar harus menyesuaikan diri
8. Pembelajar mengacaukan otoritas pengetahuan dengan otoritas professional yang diadakan untuk melakukan tantangan terhadap kebebasan pebelajar
9. Pembelajar adalah subjek proses pembelajaran, sedangkan pebelajar hanyalah sebagai objek
Menurut Freire, prinsip-prinsip dalam conscientiziation adalah sebagai berikut:
• Tidak seorangpun yang dapat mengajar siapapun juga
• Tidak seorangpun yang belajar sendiri
• Orang-orang harus belajar bersama, bertindak di dalam dan pada dunia mereka
C. Robert M. Gagne
Karya Gagne penting bagi POD, terutama yang berkaitan dengan kondisi belajar. Ia mengajukan 8 tipe belajar (7 di antaranya dianggap sebagai suatu hierarki), antara lain: (1) belajar berisyarat/classical conditining, (2) belajar stimulus-respon/operant conditioning, (3) rangkaian motorik/belajar keterampilan, (4) rangkaian verbal/rote learning, (5) diskriminasi berganda/keterampilan intelektual dalam membedakan jenis gejala yang serupa, (6) belajar konsep/berpikir abstrak, (7) belajar aturan/kemampuan merespon terhadap keseluruhan isyarat, dan (8) pemecahan masalah yang bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap situasi problematic.
D. Jack Mezirow
Ia menyatakan adanya perbedaan tingkatan refleksi, menetapkan perbedaan tingkatan refleksi dan menetapkan tujuh tingkatan refleksi yang mungkin terjadi dalam masa kedewasaan, yaitu:
• Refleksivitas, yakni kesadaran akan persepsi khusus, arti dan perilaku
• Refleksivitas afektif
• Refleksivitas diskriminasi
• Reflesivitas pertimbangan
• Reflesivitas konseptual
• Reflesivitas psikis
• Reflesivitas teoritis
E. Malcom Knowles
Ia mengemukakan sejarah penggunaan istilah andragogi yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 4 asumsi utama yang membedakan antara andragogi dan paedagogi, yaitu:
• Perbedaan dalam konsep diri
• Perbedaan pengalaman
• Kesiapan untuk belajar
• Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar
POD DALAM TINJAUAN FILSAFAT
A. Filsafat-filsafat umum: Suatu Tinjauan Sekilas
Filsafat-filsafat umum yang berhubungan dengan pendidikan dapat dijadikan sebagai sumber ide untuk pengembangan filsafat kerja pendidikan orang dewasa. Realisme dan idealisme dikenal sebagai filsafat tradisional, sedangkan eksperimentalisme dan eksistensialisne dikenal sebagai filsafat modern. Perbedaan antara keduanya terletak pada hasil akhir (tujuan) dan makna (arti). Pada filsafat tradisional, nilai akhir (tujuan) ditentukan oleh pihak luar dan seseorang hanya punya hak untuk hasil akhir. Sebaliknya pada filsafat modern, seseorang punya hak untuk menentukan hasil akhir dan makna (arti).
B. Ikhtisar dari filsafat POD
Filsafat pendidikan yang dimaksud adalah sebagai berikut: (a) esentialisme, (b) perenialisme, (c) progrisivisme (d) rekonstruksionisme (e) eksistensialisme
Daftar Pustaka:
Yusnadi, (200-). Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
1 komentar:
Vivi saya sudah lihat 2 resume mu.
Jika masih memungkinkan untuk di rapikan layoutnya tentu lebih baik. Supaya nyaman dibaca.
Jika sudah, segera konfirmasi via e-mail ya.
thanks,
take care
Posting Komentar